Industri pengendali hama memiliki peluang pasar yang menjanjikan di Indonesia. hal ini terlihat dari pasarnya yang terus menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun. Perkembangan pasar ini didasari oleh semakin baiknya pengetahuan masyarakat akan pentingnya mengendalikan hama secara profesional.

“Masyarakat memahami bahwa hama yang tak dikendalikan dengan bisa mengakibatkan kerugian finansial, turunnya reputasi, hilangnya kepercayaan konsumen sampai hilangnya nyawa karena penyakit yang dibawa atau ditularkan oleh hama,” ujar Marketing Director Rentokil Initial Indonesia Denny Trismulyanto.

Tren pasar yang terus berkembang membuat persaingan bisnis pengendalian hama di Indonesia kian sengit. Jumlah perusahaan pengendali hama yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pengendali Hama Indonesia mencapai ratusan. Namun, kebanyakan dari mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjangkau secara nasional. Di sinilah keunggulan Rentokil yang memiliki jangkauan yang luas dengan 34 cabang yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Selain itu, Rentokil juga menjalankan strategi layanan prima untuk memberi pelayanan terbaik bagi pelanggannya di seluruh Indonesia. Melalui strategi tersebut, Rentokil ingin tampil sebagai ahlinya pengendali hama secara profesional, dapat memberikan rekomendasi kepada konsumen dengan teknisi atau petugas lapangan yang sudah terlatih dengan baik.

Menurut Denny, kendala utama yang dihadapi dalam bisnis pengendali hama adalah minimnya edukasi tentang dampak hama pada kesehatan, bisnis dan finansial sehingga awareness masyarakat tentang hal ini masih cukup rendah dibandingkan negara lain. Oleh karena itu, edukasi terus dilakukan Rentokil Indonesia melalui berbagai kanal komunikasi seperti regular newsletter atau electronic direct mail, media sosial, blog dan website content, seminar, dan workshop.

Dari upayanya tersebut Rentokil sukses meraih Top Brand Award 2023 kategori Pest Control. Rentokil berada di urutan pertama Top Brand Index 2023  mencapai 47,9%. Angka tersebut jauh meninggalkan para pesaingnya yang berada di urutan kedua (20,0%) dan ketiga (13,0%).

“Kekuatan kita ada di pelayanan. Walau bagaimana pun kita adalah service company. Kepuasan pelanggan merupakan prioritas utama. Caranya dengan menempati janji, meningkatkan respon, dan juga memerhatikan hal-hal kecil seperti selalu meng-update pengetahuan teknisi,” ungkapnya.

Denny mengatakan, penghargaan Top Brand sangat penting bagi Rentokil. “Top Brand ini sangat penting. Tadinya kami tak ingin ambil, tapi kawan-kawan di lapangan merekomendasikan kami untuk mengambilnya karena cukup dilihat konsumen, terutama di segmen B2C,” ujarnya.

Rentokil sendiri memiliki 2 segmen pasar, yakni B2B dan B2C. Menurut Denny saat ini masyarakat mulai sadar keberadaan hama. Dan, mereka yang biasanya melakukan sendiri sekarang mulai menyadari keberadaan Rentokil.

“Terkadang, mereka juga tidak tahu kalau Rentokil Indonesia ini juga bisa untuk perumahan.  Mereka tahunya Rentokil ya untuk pabrik, perkantoran, mal, hotel dan lainnya. Makanya sekarang kita mulai gencar beriklan di perumahan,” lanjut Denny.

Lebih lanjut Denny mengatakan bahwa tahun ini Rentokil akan Kembali fokus ke core bisnisnya. Karena, saat pandemi bisnis Rentokil lebih banyak dibantu dari disinfektan. Sekarang sudah mulai berkurang dan bisnis sudah mulai kembali beraktivitas normal. “Konsumen kita kebanyakan dari B2B, dan sekarang mulai kembali menggeliat. Ke depan kami akan fokus ke bisnis awal yaitu memberantas hama-hama umum seperti kecoa, tikus, dan lainnya,” pungkas Denny.

Sumber Marketing.co.id